top of page

FITRAPEDIA

Ahmad Arli Hikmawan

Perkara Slogan dan Refleksi Diri

Seperti halnya saya yang memiliki kodrat harta sedikit, jadi minder jika berada di dekat oranglain dengan membandingkan untuk bernafsu karena masih banyak orang yang lebih dari saya.

Dan sekarang saya tau.

Dan mungkin juga saya menulis ini dengan kendali nafsu.😐

 

Ya. Kalau perkara Nafsu sih, semua tindakan kita pasti ada nafsunya. Yang penting adalah, supaya bisa mendapatkan nilai di hadapan YME, termasuk menulis di kolom komentar ini: gimana caranya pengaruh nafsu tersebut dikikis sehingga <25%. Untuk mencapai ini membutuhkan latihan kesadaran dan ketabahan yang tidak sebentar.

Jadi Kalimat terakhir Anda itu: "mungkin saya menulis ini dengan kendali nafsu" memang sudah harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam segala hal yang kita lakukan dan pikirkan. Wajib kita pegang dalam kesadaran tetapi tidak harus diucapkan secara lisan. Harus disesuaikan dengan situasinya juga. Sebab kalau selalu diucapkan secara lisan, rawan dibiaskan nafsu rasa minta puji lagi.

Semacam kalimat-kalimat "insya Allah", "Subhanallah", "Alhamdulillah" dan pujian-pujian semacamnya dalam berbagai macam ajaran dan agama. Jika terlalu sering diucapkan tanpa kesadaran yang cukup akan implikasinya yang sangat dalam, semua kalimat tersebut pada suatu titik akan kehilangan arti bagi individu manusianya, dan berubah menjadi sekedar slogan atau klise yang diucapkan untuk mendapatkan validasi dari sesama manusia.

-arli

Commentaires


bottom of page