-PENULIS BUKU PANDUAN UJIAN KEHIDUPAN-
"Ilmu Kebenaran (Ilmu tentang Roh) merupakan ilmu yang seharusnya hanya bisa diketahui setelah manusia wafat. Di akhir zaman ini, Allah membukanya dengan terang dan jelas sehingga manusia memahami mana amal ibadah yang dapat diterima-Nya dan mana yang tidak. Hal itu menentukan apakah sebuah tindakan manusia mampu menyembuhkan dirinya dari penyakit hati dan apakah setelah wafat ia akan membawa bekal untuk kehidupan selanjutnya."
FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ)
Uraian di bawah mengandung pertanyaan yang paling sering ditanyakan dan jawabannya.
ILMU KEBENARAN
Apa yang dimaksud dengan Ilmu Kebenaran?
Ilmu kebenaran merupakan konsep kehidupan yang mengutamakan hubungan dengan Allah dan berbeda dengan ilmu yang lain (ilmu kebaikan yang dilabel oleh manusia sebagai agama, tradisi, keyakinan, dan sebagainya), kali ini dilewatkan Allah melalui utusan-Nya dari alam rohani: para Malaikat Muqorrobin. Ilmu ini juga disebut dengan nama ‘ayat tersirat’, karena prinsip utamanya adalah bagaimana membaca ayat-ayat Allah yang tersirat dalam berbagai kejadian yang dialami oleh manusia sehari-hari. Semua kejadian tersebut dan bagaimana seorang manusia bereaksi terhadapnya merupakan sebuah percakapan dengan Yang Maha Kuasa.
Ilmu kebenaran diturunkan untuk seluruh umat manusia di manapun berada, tidak membedakan status sosial, agama, bangsa dan lain sebagainya. Ilmu kebenaran juga tidak dibatasi hanya untuk manusia yang masih hidup, namun juga dikabarkan kepada roh-roh yang di alam fana serta roh-roh yang masih bergentayangan di alam nyata
Ilmu kebenaran tidak memaksakan kehendak. Sekali lagi tugas penulis hanyalah menuliskan semua ilmu para Beliau tersebut untuk dikabarkan kepada manusia, bukan untuk mencari pengaruh atau pengikut mendapatkan kekuasaan. Penulis menyadari bahwa yang mampu memberikan petunjuk kebenaran mutlak adalah Allah, serta yang bertugas mendidik manusia dari dalam rohani adalah para Malaikat Muqorrobin.
Apa yang dimaksud zaman kebenaran?
Zaman kebenaran merupakan suatu kondisi (waktu, realitas) di dunia dimana tatanan yang berbeda akan diterapkan dari yang sebelumnya terjadi selama ini. Di zaman kebenaran manusia akan mendapatkan kemudahan untuk bisa berinteraksi dengan para Malaikat Muqorrobin yang sengaja diturunkan untuk membantu setiap individu manusia menjadikan fitrah sebagai pemimpin dirinya. Sementara itu roh-roh yang masih bergentayangan di alam nyata digunakan sebagai lewatan oleh Allah untuk mengguncang manusia yang masih hidup dalam berbagai sisi kehidupan agar manusia bertobat. Hal ini merupakan wujud penebusan dosa yang selama ini telah roh-roh tersebut lakukan. Jika MM merupakan pendidik, maka roh-roh tersebut merupakan pemberi hukuman bagi manusia.
Untuk memudahkan memisahkan roh tersebut dari manusia yang masih hidup - agar mereka mau kembali ke alam fana, Beliau sudah menyiapkan “Zikir dan Doa kepada Allah” kepada siapapun yang mau melaksanakannya.
Utusan Allah berupa Malaikat Muqorrobin? Bagaimana bisa?
Selama ini kebanyakan manusia hanya dikenalkan pada utusan Allah berupa manusia (rasul dan nabi) yang digunakan sebagai lewatan menurunkan ilmu agama alias ilmu kebaikan, yang mengutamakan hubungan sesama manusia (ayat tersurat). Tujuan utamanya adalah mengenalkan manusia pada Sang Maha Pencipta yang Satu, bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, dan kewajiban manusia adalah untuk merendahkan diri kepada-Nya. Bekal tersebut diharapkan mampu memposisikan manusia untuk selalu mendapatkan pertolongan Allah berada di jalan yang lurus dalam mengisi kehidupannya.
Secara teori agama memang tampak sempurna, terutama bagi pengikutnya. Tetapi kenyataan pahitnya adalah tidak ada manusia yang mampu mempraktekkannya dengan benar. Mengapa? Hal itu karena setiap individu manusia memiliki musuh besar yang ada di dalam dirinya sendiri: nafsu yang selalu mengotori hatinya, mendorongnya untuk cenderung menyaingi Allah, menggunakan hak-hak yang sejatinya hanya milik Allah. Semua itu mendorong manusia menjauh dari pertolongan Allah.
Di zaman kebenaran inilah, untuk menanggulangi hal tersebut Allah menurunkan pertolongan-Nya melalui Malaikat Muqorrobin agar manusia mampu mengendalikan nafsunya, mendorong fitrah sebagai pemimpin dan pengendali hatinya. Hal itu karena hanya fitrahlah yang mampu membersihkan hati manusia. Sesuai dengan firman Allah sebagai berikut.
"Allah memilih utusan(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat." (Al Hajj: 75)
Apa yang dimaksud dengan fitrah vs nafsu?
Manusia mempunyai kodrat rohani dan jasmani. Di bagian paling dalam, yaitu rohani terdapat roh suci atau fitrah, masing-masing manusia memiliki salah satu dari empat jenis: fitrah Ifrit yang berapi-api, fitrah Khidir yang memiliki sifat seperti air, fitrah Adam seperti tanah, dan fitrah Eva yang sifatnya bagaikan angin.
Di dalam jasmani (bagian) dalam terdapat nafsu, rasa, akal, dan pikir. Bagian ini sebagaimana rohani juga merupakan bagian dari manusia yang tidak memiliki wujud secara fisik. Nafsu terdiri dari rasa aku, rasa suci diri, dan rasa minta puji. Bagian ini merupakan kecenderungan yang berlawanan dengan fitrah dan yang dikatakan sebagai musuh utama manusia yang sebenarnya.
Sementara itu rasa, akal, dan pikir dapat dibedakan dengan cara membandingkan sifat dan cara berpikir manusia yang memiliki jasmani (bagian) luar wanita dan pria. Wanita memiliki kecenderungan lebih kuat di rasa dalam mengambil keputusan sementara pria lebih kuat di akal dan pikir. Sebuah perbedaan yang seorang penulis gambarkan sebagai Venus dan Mars dan telah menjadi obyek pembelajaran sejak manusia mulai hidup di dunia ini. Tetapi semua itu sejatinya hanyalah ujian bagi manusia. Baik pria ataupun wanita, baik menggunakan rasa atau akal dan pikir, kendali nafsu tetap saja dapat menipu keduanya.
Sedangkan jasmani (bagian) luar ada kepala, tangan, kaki, dan lain sebagainya. Bagian ini merupakan bagian yang secara fisik dapat kita lihat dan rasakan dengan indra yang kita miliki.
Sementara itu bagian yang paling penting dalam mengatur tindakan manusia: hati. Hati merupakan jembatan di antara rohani dan jasmani. Apabila hati dikendalikan fitrah maka tindakan manusia tersebut bagaikan fitrah yang penuh dengan kasih sayang, mampu membedakan perbuatan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Sebaliknya apabila hati dikendalikan nafsu (rasa aku, suci diri, dan minta puji) maka tindakan manusia tersebut selalu tidak ada manfaatnya dan akan mengotori hatinya dengan penyakit-penyakit hati seperti: iri, dendam, dengki, serakah, cinta mati, ataupun haus kekuasaan.
NAFSU
Bagaimana contoh tindakan manusia yang dikendalikan nafsu?
Di zaman kebaikan – masa dimana ilmu Allah diturunkan melalui utusan-Nya yang berwujud manusia, yaitu para rasul dan nabi sebagaimana yang manusia kenal, mereka mengajarkan dan mengedepankan ilmu hubungan sesama manusia, misalnya menutup aurat bagi wanita, menu menumbuhkan jenggot bagi pria, warna hitam pada kening mengindikasikan banyak sujud dan sebagainya.
Hal ini berbeda-beda di antara kaum nabi dan rasul tertentu dengan yang lainnya. Bahkan dalam umat rasul yang sama, setelah sang rasul meninggal tata cara tersebut pun pada akhirnya terpecah-pecah. Masing-masing mengakui yang paling benar.
Ironisnya adalah semua itu hanya ibadah secara jasmani luar saja. Padahal amal ibadah yang diterima Allah mencakup ibadah rohani terlebih dahulu, yaitu kemampuan untuk melaksanakan niat hanya karena Allah, hati yang dikendalikan fitrah sehingga rasa, akal, dan pikir meyakini bahwa Allah itu satu dan sangat dekat, baru dilanjutkan dengan ibadah jasmani luar dengan salat, puasa, dan lainnya.
Tipuan nafsu sangat halus dan dahsyat sehingga tanpa disadari kebanyakan manusia menganggap ibadah hanya meliputi jasmani luar saja, merasa sudah menjadi manusia yang paling dekat dengan Allah setelah melaksanakan ibadah tersebut. Tipuan tersebut bahkan menjadikan perbedaan di antara ibadah jasmani tersebut justru menjadi bahan pertikaian yang mengakibatkan pertumpahan darah hingga detik ini. Semua ini merupakan efek dari kendali nafsu rasa aku di dalam manusia yang beragama sehingga masing-masing menganggap dirinya atau kelompoknyalah yang paling benar.
Ketika seorang manusia hanya memfokuskan usahanya dalam beribadah pada sisi jasmani luar, nafsu justru akan menguasai dirinya, dan membiaskannya untuk menggunakan hak-hak Allah: nafsu rasa suci menjadi semakin tebal. Hal ini pada dasarnya justru menjauhkannya dari petunjuk-Nya untuk menjadi manusia yang benar.
Bagaimana contoh kesalahan yang biasa terjadi dalam hubungan dengan Allah?
Kesalahan yang biasa terjadi dalam hubungan manusia dengan Yang Maha Pencipta yang lain adalah persepsi bahwa ibadah kepada Allah dilakukan karena Allah membutuhkan manusia. Persepsi bahwa Allah membutuhkan manusia untuk menyembah-Nya sehingga menawarkan imbalan berupa pahala kepada manusia jika manusia mau melaksanakan perintah-Nya.
Katakanlah ketika bulan Rajab, terdapat pemahaman bahwa manusia yang berpuasa pada saat itu selama satu hari, akan dianggap seperti berpuasa selama satu tahun. Puasa tujuh hari akan ditutup pintu-pintu neraka jahanam darinya. Puasa delapan hari akan dibukakan pintu delapan surga. Dan puasa sepuluh hari akan dikabulkan permintaannya. Kemudian barangsiapa mengingatkan orang lain mengenai ibadah ini, diibaratkan ibadah selama 80 tahun.
Sebelum adanya pemahaman ilmu kebenaran, cara-cara semacam ini memang kenyataannya cukup efektif dalam mengajak manusia untuk beribadah. Dengan iming-iming kenikmatan yang sangat bombastis, manusia dengan girang hati akan mau melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.
Sayangnya banyaknya manusia yang melaksanakannya tidak menjamin diterimanya semua ibadah tersebut oleh Allah. Ketika seorang manusia melakukan ibadahnya bukan karena Allah, selain tidak diterima sebagai amalan di sisi-Nya, ibadah tersebut juga akan mempertebal nafsu yang mengotori hatinya.
Buktinya bisa dilihat di dunia nyata saat ini ataupun di masa lalu. Hanya berbekal ilmu dari rasul yang berwujud manusia, umat manusia tidak mampu menciptakan perdamaian sebagai akibat dari pengaruh nafsu dan penyakit hati yang diakibatkannya: iri, dengki, takabur, dendam, serakah, haus kekuasaan, dan lainnya.
Di saat bersamaan Allah pun tidak berkenan menurunkan keberkahan-Nya berupa kemakmuran dan kesejahteraan baik secara rohani maupun jasmani kepada manusia, sehingga meskipun sumber daya alam begitu berlimpah, semua itu tidak pernah cukup bagi umat manusia.
ROH
Apa pengaruh kendali nafsu atas manusia?
Manusia yang wafat dalam keadaan terkendali nafsu bisa dipastikan rohnya akan bergentayangan. Mereka akan histeris melihat kenyataan bahwa segala amal ibadah yang dilakukannya selama ini ternyata sama sekali tidak diterima oleh-Nya.
Rohnya pun kemudian akan kembali ke alam nyata untuk mengikuti dan menempel ke jasmani dalam anak cucunya, orang dicintainya, atau orang yang dikaguminya. Masing-masing memiliki motivasi tersendiri untuk hal ini. Sebagian untuk memenuhi ambisinya yang tertinggal dan menemukan sosok yang bisa dimanfaatkan untuk merealisasikannya, sebagian mengajak manusia yang hidup bekerjasama dengan harapan bisa menjadikan amal perbuatannya diterima oleh Allah.
Apa itu reinkarnasi? Bukankah tidak ada dalam agama Islam?
Di dalam ilmu kebaikan terutama agama Islam tidak ada penjelasan yang cukup mengenai kelahiran kembali meskipun banyak ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa setelah kematian ada kehidupan kembali. Mengapa seperti ini? Alasannya sangatlah praktis, karena pengetahuan tentang roh di zaman diturunkannya ilmu kebaikan masih sedikit. Wajar jika manusia, terutama yang beragama Islam memiliki persepsi bahwa kehidupan setelah mati yang dimaksud di dalam ayat-ayat Al-Quran hanya sekali saja. Selain itu, jika dihadapkan pada pilihan di masa itu, sangatlah logis bahwa urusan ibadah secara jasmani merupakan urusan yang lebih penting dan praktis untuk diberikan kepada manusia yang memiliki pengetahuan yang masih minimal jika dibandingkan pengetahuan mengenai roh yang tidak bisa dirasakan langsung oleh manusia yang masih hidup.
Salah satu firman Allah tentang adanya kehidupan (kelahiran) kembali surat Al-Baqarah ayat 28:
"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (Al-Baqarah: 28)
Dalam ilmu kebaikan – agama Islam secara spesifik – manusia diajarkan bahwa setelah mati, mereka yang memiliki dosa yang banyak dan tidak mendapatkan pengampunan akan dimasukkan ke dalam neraka jahanam, sebuah tempat penyiksaan yang dipenuhi dengan api. Sebaliknya mereka yang dosanya diampuni akan masuk ke dalam surga yang sangat indah, nikmat, dan nyaman.
Sekali lagi, di masa itu ketika kebanyakan manusia masih memiliki pengetahuan yang primitif, agar takut dengan Allah satu-satunya cara yang efektif adalah dengan menakut-nakuti agar menjauhi larangannya serta mengiming-imingi dengan imbalan agar mau melaksanakan perintah-Nya.
Dengan diturunkannya ilmu kebenaran melalui utusan-Nya dari malaikat, melalui mereka Allah akan memberikan kesadaran kepada manusia yang mendapatkan petunjuk – berarti berhasil melaksanakan ujian kehidupan dengan nilai keikhlasan yang memuaskan – dan manusia yang tidak membatasi ilmu Allah bahwa setiap individu manusia akan mengalami kelahiran kembali. Jika bukan karena Allah Maha Kuasa yang bisa mengadakan yang tidak ada, maka itu semata-mata merupakan perwujudan Maha Adilnya Allah.
Mengapa perlu reinkarnasi? Bagaimana mungkin reinkarnasi itu perwujudan Maha Adilnya Allah?
Manusia hidup di alam nyata sehingga melakukan dosa pun di alam nyata juga. Karena Allah Maha Adil, maka penebusan dosanya pun juga dilakukan di alam nyata. Apabila seorang pria melakukan perbuatan zalim terhadap seorang wanita, maka dalam kehidupan selanjutnya, ia bisa saja dilahirkan kembali menjadi seorang wanita dan mengalami tindakan zalim sebagaimana yang telah dilakukannya sebelumnya kepada orang lain.
Sekecil apapun kesalahan dan dosa manusia, harus ditebus sesuai dengan perbuatannya.
Jika dalam konsep dimana manusia melakukan dosa, kemudian Allah menghukum di alam lain, maka Allah semata-mata merupakan algojo yang Maha Kejam. Padahal sesungguhnya sudah disebutkan dalam Al-Quran bahwa yang menzalimi ataupun menghukum manusia bukanlah Allah, melainkan perbuatan manusia itu sendiri.
Di dalam ajaran yang sama, manusia juga diberikan pemahaman bahwa Allah Maha Pemaaf sekaligus Maha Pengampun, maka konsekuensinya manusia apabila melakukan dosa kemudian 'bertobat' dan melakukan amal, atau naik haji, umroh, atau perbuatan 'mulia' lainnya maka dosanya tersebut akan diampuni.
Sejujurnya, pemahaman semacam ini tidak lain merupakan pemahaman yang telah mendapatkan pengaruh dari nafsu yang 'mau enaknya saja'. Sifat Maha Pemaaf dan Maha Pengampun Allah – jika manusia sadar – tidak akan disamakan sebagaimana seorang manusia memaafkan atau mengampuni. Manusia memang pasti akan diampuni oleh Allah, karena kesalahan mereka mau tidak mau harus ditebus melalui sebuah hukuman berdasarkan dosa yang mereka lakukan tersebut. Dalam kondisi ini, manusia dihadapkan pada pilihan akan menerimanya dengan ikhlas atau memilih untuk tidak lulus. Jika tidak lulus, maka hukuman akan terus diberikan hingga manusia lulus.
Reinkarnasi bukankah dapat dilahirkan kembali menjadi hewan?
Dalam ajaran agama yang berbeda, diajarkan bahwa kelahiran kembali dapat berwujud hewan. Memang dalam sejarah panjang kehidupan umat manusia ini, terdapat ilmu yang memungkinkan manusia yang telah meninggal dunia – roh-roh gentayangan – untuk kembali ke alam nyata dengan menggunakan jasmani hewan, seperti ular, macan, buaya, monyet, dan lainnya. Hal ini merupakan ilmu kesaktian yang didapatkan dengan cara 'menghendaki' alias memaksa Allah untuk menuruti.
Kelahiran kembali yang dimaksudkan ilmu kebenaran merupakan reinkarnasi dengan cara 'dikehendaki' yang tetap menjadi manusia. Kemudian 'nasib' seorang manusia ketika dilahirkan kembali merepresentasikan perbuatannya yang telah dilakukannya di kehidupan pertamanya. Sementara itu 'kapan' ia akan dilahirkan kembali ditentukan besar kecilnya utang seorang manusia kepada Allah.
Di alam fana, berkebalikan dengan keyakinan kebanyakan manusia, para malaikat memiliki teknologi yang jauh lebih canggih dari yang dimiliki manusia. Semua perbuatan manusia baik yang tersembunyi ataupun yang tertutup sudah dan akan terus terekam. Berbekal informasi tersebut, malaikat akan mengatur kelahiran kembali beserta dosa-dosa yang harus ditebus seorang manusia di alam nyata ketika ia memiliki jasmani kembali.
Oleh karena itu kejadian apapun yang dilewatkan untuk mewujudkan kejadian tersebut – seperti hukuman mati atas kejahatan yang telah dilakukan – sejatinya merupakan bagian dari penebusan dosa manusia tersebut. Bisa jadi dosa tersebut dilakukan dalam kehidupan ini atau sebelumnya. Intinya, hanya manusia yang mau menerima hal itu dengan ikhlas, dengan tobat yang sesungguhnya dan penyerahan diri yang menyeluruh yang tidak akan merugi. Mereka yang tidak mampu menerimanya dengan ikhlas hanya akan mengulang hukuman yang sama hingga ia bisa menerima hal itu sebagai bagian dari konsekuensi dari dosa yang telah dilakukannya di mata Allah.
Apa implikasi dari adanya reinkarnasi?
Sangatlah penting bagi manusia untuk selalu berhati-hati dalam segala tindakannya. Allah sangatlah dekat dengan diri manusia, segala perbuatan sekecil apapun selalu berada dalam pengamatan-Nya, dilewatkan melalui teknologi super canggih yang digunakan para malaikat-Nya. Janganlah membayangkan manusia jauh lebih pandai dari malaikat yang hanya menggunakan cara manual dalam mencatat perbuatan manusia.
Sebenarnya teknologi canggih yang dimiliki manusia saat ini hanyalah sebagian kecil dari teknologi yang berasal dari alam rohani. Apabila generasi manusia yang hidup di bumi ini sudah dianggap cukup kuat untuk menerima tanggung jawab – kuat derajat, generasi manusia yang dicintai Allah dan mencintai-Nya, maka akan diturunkan kecanggihan teknologi yang akan membuat teknologi saat ini ibarat manusia primitif. Sebab hanya manusia yang dikendalikan fitrah yang akan mampu menggunakan segala pemberian Allah dengan benar sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya.
Dengan turunnya ilmu kebenaran, manusia yang diberikan petunjuk oleh Allah akan mampu melepaskan hak-hak Allah: rasa aku, rasa suci, dan rasa minta puji yang digunakan oleh nafsu; serta mampu melaksanakan kewajibannya sebagai manusia, yaitu sadar, tabah, dan sabar.
Manusia yang diberikan petunjuk inilah golongan manusia yang sangat mencintai Allah dan dicintai Allah sehingga berkenan menurunkan keberkahan-Nya dalam segala bidang. Keberkahan inilah yang akan mampu mewujudkan kedamaian, kemakmuran, dan kesejahteraan di alam semesta ini.
UJIAN KEHIDUPAN
Apa itu ujian kehidupan?
Melakukan ibadah puasa sebatas jasmani luar sebagaimana dalam persepsi kebanyakan umat Islam dari Subuh hingga Maghrib kenyataannya hanyalah ibadah latihan, latihan untuk menghadapi ujian sebenarnya ketika manusia tidak bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya (tidak sebatas makan atau minum) tanpa mengetahui kapan waktunya untuk berbuka: puasa rohani sekaligus jasmani dalam.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut merupakan ujian kehidupan (puasa sesungguhnya) yang wujudnya bermacam-macam, dan hanya akan berakhir ketika manusia bisa lulus dengan nilai yang mencukupi; artinya mampu menerimanya dengan penuh keikhlasan dan mengambil ilmu maksud dan tujuan Allah memberikan ujian tersebut. Penerimaan dengan penuh keikhlasan ini hanya akan bisa terpenuhi jika tercapai kemurnian niatnya; ketika manusia mampu melaksanakan segala amal dan ibadahnya dalam ujian kehidupan hanya karena Allah semata, bukan karena manusia.
Apa hubungan antara kemurnian niat dengan ibadah?
Kekurangan dari pendekatan kebaikan dalam menyampaikan ilmu Allah sangatlah banyak. Di samping ibadahnya tidak diterima oleh Allah, karena kemurnian niat hanya karena Allah-nya sangat buruk, manusia cenderung menilai imbalan terbaik dari Allah adalah berupa kenikmatan jasmani. Padahal kenikmatan jasmani hanyalah salah satu bagian dari ujian kehidupan, bukan imbalannya. Persepsi ini pun pada akhirnya mendorong manusia untuk beribadah semata-mata untuk mendapatkan kenikmatan jasmani. Padahal imbalan terbaik yang bisa diterima manusia adalah imbalan rohani, pertolongan Allah berupa petunjuk bagaimana menjadi manusia yang benar.
Segala amal ibadah yang diterima-Nya akan tampak jelas ketika manusia tersebut masih hidup di alam nyata. Hal itu bisa manusia tersebut rasakan sendiri dari kemampuannya untuk menyembuhkan diri dari penyakit hatinya seperti iri, dengki, takabur, cinta mati, atau haus kekuasaan. Mereka inilah golongan manusia yang akan mampu mengisi kehidupannya dengan perbuatan-perbuatan yang akan meningkatkan keimanannya di hadapan Allah. Ibarat sekolah, mereka adalah golongan manusia yang mampu untuk selalu naik kelas. Sebaliknya manusia yang fokus ibadahnya sebatas jasmani luar bisa dipastikan tidak akan bisa menyembuhkan penyakit hatinya. Waktu hidupnya akan dihabiskan untuk mengulang ujian kehidupan yang sejatinya sama. Ibarat sekolah, mereka tidak bisa naik kelas.
MALAIKAT MUQORROBIN
Apa hubungan antara nafsu dengan Malaikat Muqorrobin?
Di zaman kebenaran para malaikat diturunkan dengan tujuan utama membantu manusia agar segala amal ibadahnya diterima oleh Allah. Allah menurunkan ilmu-Nya melalui para malaikat dan melalui mereka akan menyadarkan manusia bahwa ibadah kepada Allah adalah kepentingan bagi manusia sendiri. Di saat bersamaan, manusia yang dikendalikan nafsu ketika wafat, yang disebut sebagai roh-roh gentayangan, di zaman kebenaran diberikan tugas sebagai pemberi hukuman bagi manusia yang mereka ikuti atau tempeli sebelumnya agar mau bertobat.
Malaikat Muqorrobin memiliki tugas murni untuk membantu manusia tidak peduli agama apa yang dipeluk dan di manapun ia berada agar bisa melaksanakan ibadah baik secara rohani maupun jasmani dalam dan luar, sehingga segala tindakan, amal perbuatannya diterima oleh Allah sekaligus menjadikannya manusia yang berakhlak mulia.
Dengan bantuan MM, manusia akan dibimbing untuk selalu melakukan ibadah dengan niat hanya karena Allah semata. Apabila ia berhasil melaksanakan ujian-ujian kehidupan dengan nilai yang memuaskan, manusia pun akan mampu menyembuhkan penyakit di dalam hatinya ketika masih hidup. Kondisi tersebut otomatis membuat semua amal ibadahnya diterima sehingga Allah pun akan berkenan menurunkan keberkahan-Nya.
Meskipun begitu, manusia sebagai makhluk yang sempurna diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan arah kehidupannya, mau tinggal kelas atau naik kelas.
Apa saja jenis Malaikat Muqorrobin dan tugasnya?
Malaikat Muqorrobin (MM) merupakan malaikat yang diturunkan secara khusus dengan misi membantu setiap individu manusia untuk melaksanakan ilmu kebenaran. Mereka memiliki 4 jenis dengan tugas yang berbeda-beda, yaitu MM Yassin, MM Nurani, MM Lummah, dan MM Syariat.
MM Yassin akan masuk ke dalam setiap individu manusia tanpa kecuali untuk menaklukkan roh-roh yang mengikuti atau menyatu dengan jasmani manusia yang masih hidup agar mau melepaskan diri dan mau dibawa kembali ke alam tempat mereka seharusnya berada. Roh-roh ini merupakan manusia yang ketika meninggal dunia memilih untuk menoleh ke belakang daripada langsung memenuhi panggilan kematian.
Hal ini akibat mereka memilih rasa ikhlas yang rendah sepanjang kehidupannya sehingga ketika tiba waktunya untuk pergi, mereka justru berusaha kembali ke alam nyata untuk mengejar ambisi mereka yang belum terpenuhi. Mereka yang terinfeksi dengan penyakit dendam misalnya, akan mencari manusia yang masih hidup yang bisa dikendalikan untuk membalaskan dendamnya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa roh-roh semacam ini merupakan salah satu alasan utama mengapa di dunia tidak pernah bisa terwujud kedamaian.
Ketika roh-roh tersebut mau dibawa ke alamnya tanpa perlu paksaan, maka MM Nurani-lah yang bertugas menggiring roh-roh yang mau pergi dari alam nyata dengan penuh kasih sayang dan pengertian.
Setelah keduanya berhasil menggiring roh-roh tersebut untuk berhenti mempengaruhi manusia yang masih hidup dan kembali ke alamnya, masuklah MM Lummah yang akan mengajarkan manusia bagaimana mendapatkan nilai ikhlas yang tinggi setiap kali dihadapkan pada ujian kehidupan dari Allah. Proses ini akan terbantu apabila manusianya mau membaca dan melaksanakan pedoman yang terangkum dalam buku-buku Ayat Tersirat ini.
Kemudian setelah MM Lummah berhasil masuk 60%, maka yang terakhir MM Syariat baru mau masuk ke dalam manusia untuk memulai proses perubahan: proses panjang untuk mengubah segala sesuatunya dari manusia tersebut dari manusia yang baik ataupun buruk di hadapan manusia, menjadi manusia yang benar di hadapan Allah.
Malaikat Muqorrobin juga mempunyai tingkatan yang berbeda-beda tergantung dari level keimanan manusianya. Manusia yang tingkatannya SD akan mendampingi juga Malaikat Muqorrobin level SD. Hal ini karena MM dengan tingkatan lebih tinggi memiliki standar dalam segala hal yang lebih tinggi juga sehingga jurang di antara level manusia-malaikat dapat menyebabkan manusia memiliki dorongan melakukan tindakan yang tinggi nilainya di hadapan Allah namun dengan keikhlasan yang relatif masih rendah. Hal ini mengakibatkan ibadah tersebut kemungkinan besar akan menjadi sia-sia, tidak ada nilainya di hadapan Allah.
Bimbingan MM sesuai dengan tingkat keimanan manusia inilah yang akan mendorong setiap individu menyelesaikan ujian yang diberikan Allah untuk meningkatkan keimanannya dengan nilai yang memuaskan (lulus). Mereka yang mampu lulus merupakan manusia yang akan selalu diberi petunjuk menjadi manusia yang benar baik saat masih hidup maupun setelah mati.