top of page

FITRAPEDIA

  • Ahmad Arli Hikmawan

Perkara Aib

Assalamualaikum.

Apakah untuk membuka aib pribadi harus dipikirkan sesuai manfaat lingkungannya?

.Apakah lebih baik membuka aib, atau menutupinya?

 

Iya. Harus mempertimbangkan manfaatnya buat diri sendiri, sesama, lahir, dan batin. Misalnya:

Jika setelah menimbang-nimbang Anda menyimpulkan sekarang belum bermanfaat bagi orang lain untuk tahu, maka tundalah dan sadarilah bahwa ada kemungkinan ini merupakan dorongan nafsu juga sebenarnya. Nafsu yang cepat atau lambat harus kita lepaskan jika kita tidak mau dihantam lewat ujian baru yang berbeda tetapi sebenarnya masih sama dengan yang ini. Jangan lupa, bahwa untuk bisa niat karena Allah semata, kita tidak hanya harus Sadar, tetapi juga Tabah, dan kemudian Sabar. Jadi proses Sadar-Tabah memang harus berulang kali dilakukan, seperti sebuah siklus yang tidak boleh berhenti.

Tetapi jika setelah menimbang-nimbang ternyata konsekuensinya sangat berat bagi orang lain jika Anda menutupi aib tersebut, maka Anda bisa memilih untuk mengorbankan nama baik Anda demi manfaat bersama. Jika ini yang Anda pilih, maka tindakan yang harus Anda lakukan selanjutnya adalah memelihara Ketabahan dan menerima segala konsekuensinya (dihina, dicerca, dihukum, dsb.) hingga akhirnya Anda memahami ayat-ayat Allah yang tersirat dari kejadian tersebut: hak-hak prerogatif Allah yang mana yang terlanjur Anda gunakan sehingga Anda dihadapkan pada kejadian tersebut.

Intinya, Kesadaran dan Ketabahan memang harus selalu kita pelihara, ibarat roda sepeda yang harus kita gelindingkan terus jika kita memang mau maju ke depan dalam sekolah kehidupan.

Semoga cukup jelas.

-arli

bottom of page