top of page

FITRAPEDIA

Ahmad Arli Hikmawan

Tentang Muqorrobin Syariat

InsyaAllah paham.... Mudah2an... Kita semua ga terjerat yg tiga hal.... Rasa suci... Utamanya.... dan rasa Aku bahkan rasa minta puji..... InsyaAllah dipahamkn apa yg di jelas kan buririn..... muqarrabin nurani,ya sin,lummah & syari'at Sehat selalu bu ririn... Salam ya rasulullah... Bu kalau ada waktu nanti minta jelas kan lg kenapa muqarrabin syari'at...menekan kan kesempurnaan istinja....atau taharah dalam ilmu piqih.. kalau bs sm cara2 istinja ya bu...atau bahasa lain memberiskan diri yg jasmani yg sempurna... Krn selama uln belajar... Masalah muqarrabin syari'at... Yg perlu di sempurnakan masalah suci dalam istija.....dan ajarin ya bu gimn cara membersihkan nya secara detail...!!!

 

Salam. Saya akan mencoba menjelaskan sedikit mengenai Muqorrobin Syariat. Semoga dapat diterima dengan pikir, akal, rasa yang dikendalikan oleh fitrah, bukan nafsu. Ketika disebutkan Muqorrobin "Syariat", ini bukan mengacu pada "syariat" yang biasa kita pahami di dalam ilmu kebaikan, atau dalam agama Islam kebaikan secara spesifik. Sebagaimana yang Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda tersebut: istinja atau taharah dalam ilmu fiqh, dan semacamnya. Melainkan jauh lebih canggih dan fleksibel yang disesuaikan dengan rentang kodrat dan irodat masing-masing individu manusia dalam tatanan peradaban yang berbeda-beda dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Maksudnya? Untuk memahami ini, Anda harus memahami terlebih dahulu pengertian kodrat dan irodat manusia. Singkatnya begini, seorang manusia yang dilahirkan di medan perang (kodrat) otomatis akan memiliki rentang usaha (irodat) yang berbeda dengan manusia yang dilahirkan di negara yang damai (kodrat). Standar-standar penilaian Yang Maha Kuasa terhadap dua insan pribadi manusia tersebut BERBEDA. Ekspektasi terhadap mereka yang diberikan Kodrat lebih beruntung lebih tinggi tentunya daripada mereka yang kurang beruntung. Oleh karena itulah, standar Malaikat Muqorrobin Syariat dalam membimbing manusia juga berbeda-beda, disesuaikan dengan rentang kodrat dan irodat masing-masing manusianya, di tempat dan tatanan kebudayaan yang berbeda-beda, dan di zaman yang berbeda-beda. Tidak bisa dibuat dalam satu bentuk standar jasmani sebagaimana dalam ilmu kebaikan, seperti yang ada dalam pemahaman Anda sekarang. Dalam standar ilmu kebenaran, seorang manusia yang mendapatkan bimbingan Malaikat Muqorrobin Syariat, adalah mereka yang sudah mampu menang melawan nafsunya sendiri, dan mampu MELAKUKAN PERUBAHAN dalam dirinya sendiri. Artinya, dalam rentang kodrat dan irodat tertentu, mereka mampu menembus batas-batas normalnya tetapi tidak hancur dalam prosesnya ketika diuji kemurnian niatnya di hadapan Allah. Mereka mampu melakukan perubahan menjadi lebih bermanfaat, melampaui ekspektasi, buat dirinya sendiri dan sesama, lahir dan batin, dengan niat karena Allah semata, melalui sadar, tabah, dan sabar. Kenyataan ini merupakan salah satu syarat bagi seorang manusia untuk dijadikan LEWATAN untuk melakukan perubahan dalam masyarakat, dijadikan lewatan untuk mengubah rentang kodrat dan irodat masyarakatnya menjadi lebih bermanfaat, lebih sehat, lebih beradab, dan semacamnya. Misalnya, mereka didorong untuk melakukan revolusi dalam bidang-bidang tertentu, yang mengubah peradaban manusia secara permanen. Jadi, sekali lagi, bimbingan Malaikat Muqorrobin Syariat bukanlah sekedar peraturan tertulis atau tidak tertulis mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang halal dan apa yang haram, melainkan sebuah kondisi yang akan berkembang terus menjadi lebih bermanfaat sesuai dengan rentang kodrat dan irodat masyarakat tempat ia hidup. Kurang lebih seperti itu. Semoga cukup jelas. -arli

 

Alhamdulillah insyaAllah... Paham bu.... Semoga bu ririn sehat selalu....

bottom of page