top of page

FITRAPEDIA

Ahmad Arli Hikmawan

Sekilas tentang Virus

Salam ayat tersirat... bu misalkan kita melakukan suatu tindakan akibat dorongan virus atau kehewanan... selain kita menanggung mudharat nya bagi diri kita di dunia, 1.apakah berpengaruh pada ruhani kita, 2.lalu apakah ada konsekuensi yg harus ditanggung di alam fana setelah kita mati? 3. Apakah efek negatif berzina bagi jasmani pribadi? Mengapa banyak agama melarang? Bukankah sama melakukan hubungan diluar nikah ataupun sudah menikah, sama2 berhubungan intim...? 🙏

 

Salam. Berikut ini adalah informasi yang saya tahu, mohon diterima dengan akal, pikir, dan rasa yang dikendalikan fitrah. Virus nggak pernah bekerja sendiri. Dengan kata lain, meskipun dalam video ini dijelaskan perbedaan di antara virus dengan nafsu, dalam kenyataannya di kehidupan, setiap virus selalu ditemani oleh nafsu. Mengapa? Sebab jika nafsu itu ibarat mastermind, seorang pemikir yang memiliki tujuan mengotori hati, maka virus merupakan anak buahnya yang paling gampang diatur, paling mudah ditebak, paling mudah digerakkan sesuai dengan keinginan nafsu. Mempertimbangkan kenyataan tersebut, berikut ini kira-kira jawaban pertanyaan Anda. 1. Ada, pasti. Pertanyaannya adalah nafsu yang mana aja yang mensuplemen kita dalam melakukan tindakan virus tersebut dan seberapa besar pengaruhnya. Itu yang harus kita cari tahu sendiri, dan kemudian bersihkan. Jika ingin naik kelas dalam kehidupan. 2. Virus itu mengotori jasmani, sedangkan nafsu itu mengotori hati (termasuk roh). Efeknya di alam fana ya seperti yang udah dijelaskan di dalam video ini. Kalau berupa penggunaan sumber daya, akan ditebus dengan waktu antrian. Semakin banyak sumber daya yang kita gunakan dengan menggunakan nafsu (yang pasti selalu menemani virus), maka semakin lama mengantri. Sedangkan jika berupa perbuatan, maka menentukan nasib kita ketika dilahirkan kembali. 3. Ketika seorang manusia melakukan perbuatan zina, atau perbuatan virus yang lainnya, bisa berupa apa aja, yang terlibat di dalam situ bukan cuma dua pihak, tetapi banyak. Satu, nafsu masing-masing manusia yang hidup. Dua, virus masing-masing manusia yang hidup. Tiga, Nafsu dari roh-roh yang mengikuti atau menempel, jumlahnya tergantung berapa banyak dan seberapa besar kadarnya. Empat, Virus dari roh-roh yang mengikuti atau menempel, jumlahnya tergantung dari seberapa banyak dan seberapa besar kadar virusnya. Terus kenapa? Ya, itulah. Kenyataannya nggak sesederhana yang terlihat. Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang bisa digunakan untuk melihat konsekuensi dari perbuatan virus (yang sudah tercemari nafsu juga sebenarnya): 1. Virus digunakan nafsu sebagai pintu masuk, awal, supaya bisa mengendalikan seorang manusia lebih mudah di masa depan. Seorang manusia yang sudah terlanjur terjerumus dalam satu bentuk virus, akan lebih mudah dikendalikan dalam mewujudkan rasa aku, rasa suci, dan rasa minta puji di sisi lain dalam kehidupannya. Dengan kata lain, jika kita melihat perbuatan tersebut satu-persatu saja, dalam jangka waktu sempit saja, memang seolah nggak ada konsekuensinya. Tetapi jika kita melihat dengan perspektif lebih panjang, dimulai dari seorang manusia dilahirkan hingga dia mati, baru kelihatan jelas. Virus memang berpikiran pendek, tetapi Nafsu itu berpikiran panjang. 2. Pengaruh nafsu atas virus ini, jasmani manusia ini, bukan cuma berlaku di dalam satu individu manusia. Melainkan bisa juga digunakan oleh roh-roh supaya mereka bisa mengendalikan manusia yang masih hidup. Katakanlah, roh tersebut ingin mencapai tujuan tertentu lewat seorang manusia. Nah, pancingan yang bisa mereka gunakan supaya manusianya mau menuruti kemauan mereka ya bisa melalui virus manusianya tadi, yang sudah menjadi bahan ketergantungan bagi manusianya. Dengan kata lain, perintah dalam berbagai macam ajaran salah satu tujuannya adalah mengurangi risiko ini. 3. Sebaliknya, roh-roh juga bisa memiliki virus tertentu yang otomatis mendorong mereka untuk mengendalikan manusia yang masih hidup, supaya bisa memenuhi kebutuhannya tersebut. Terus kenapa? Ya, dengan kata lain, kalau kita sekarang udah membiasakan diri dengan virus tertentu, nanti kebawa juga pas mati. Yang kemudian nanti bisa ditularkan lagi ke manusia yang masih hidup. Pusing kan? Yah, rangkaian pemikiran ini bisa dilanjutkan sendiri. Sesuai dengan pengalaman individu. Terus apa bedanya dengan menikah? Jika menggunakan kurikulum TK, kita pasti sekedar berpikiran bahwa ini legal sedangkan sebelum menikah ilegal. Atau kalau menikah boleh ngapain aja, sedangkan kalau belum nggak boleh sama sekali. Balik lagi ke topik di video ini. Manfaat atau mudaratnya sebuah perbuatan itu diterima oleh manusianya sendiri. Perintah menikah itu masih berhubungan dengan poin di atas yang kita bahas. Untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan seperti itu, yang contohnya masih ada banyak sekali variasinya di dalam kehidupan. Bisa Anda bayangkan sendiri kan? Intinya, sekali lagi saya tekankan, perkara perintah-perintah tersebut, bukanlah sekedar masalah legal atau ilegal, melainkan KONSEKUENSInya, baik ketika masih hidup maupun setelah mati. Perintah-perintah semacam ini diberikan, karena kenyataannya, mayoritas manusia tidak tahu dan/atau tidak mau menerima konsekuensi ketika konsekuensi itu tiba. Apa akibatnya? Akibatnya manusia rugi berulang kali, udah nggak naik kelas, banyak utang, banyak tanggungan perbuatan di hadapan Allah, dan menularkannya ke generasi selanjutnya. Muter-muter gitu aja terus. Makanya, menanggapi hal itu, diberikanlah perintah-perintah semacam ini supaya risikonya berkurang bagi manusia. Tetapi kembali lagi malah jadinya dibiaskan nafsu, menjadi mencong ke berbagai sudut. Salah satunya seolah perintah tersebut YME yang butuh supaya manusia laksanakan. Atau seolah kalau udah sesuai peraturan (menikah), terus boleh ngapain aja, boleh menzalimi pasangannya karena sudah menjadi miliknya. Dan seterusnya. Semoga sudah cukup jelas. Terima kasih.

bottom of page